Buruh Menunggu Mati di Morowali:
Risiko Penyakit Akibat Kerja di Salah Satu Kawasan Industri Nikel Terbesar di Dunia
Pengantar
Penelitian ini dikerjakan sejak Agustus 2023 sampai Desember 2024. Selama satu tahun lebih kami
mempelajari berbagai persoalan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Indonesia Morowali
Industrial Park (IMIP), sebuah kawasan industri nikel terbesar di dunia yang terletak di Sulawesi
Tengah. Sejak beroperasi pada tahun 2015, IMIP telah menampung sekitar 50 perusahaan dan
mempekerjakan 80 ribu lebih buruh. Laporan ini menunjukan berbagai bahaya di tempat kerja yang
dapat menimbulkan penyakit akibat kerja, seperti bahaya kimia (paparan nikel, batu bara, dan sulfur,
asbes) dan bahaya fisika (panas dan kebisingan). Beberapa bahaya di tempat kerja ini bahkan meluas
ke masyarakat sekitar.
Selama hampir 10 tahun IMIP beroperasi, belum ada satupun kasus Penyakit Akibat Kerja (PAK)
yang tercatat. Namun ini tidak berarti IMIP beroperasi dengan menghormati hak asasi manusia,
memperhatikan kesehatan pekerja, serta menjaga keberlanjutan lingkungan. Ketiadaan kasus PAK
disebabkan karena tidak adanya diagnosis PAK. Ketiadaan diagnosis menyebabkan ketiadaan
pengakuan atas munculnya penyakit akibat kerja. Seluruh hal ini menyebabkan tidak munculnya
upaya-upaya untuk membangun sistem pencegahan yang lebih baik.
Risiko lain yang dibahas dalam riset ini adalah jam kerja panjang yang berdampak pada kesehatan
pekerja. Kami juga membahas persoalan yang dihadapi pekerja perempuan, seperti kesulitan
mengambil cuti haid. Selain itu pekerja perempuan juga diwajibkan bekerja shift malam bersama
laki-laki. Shift malam selain meningkatkan resiko kesehatan, juga membuat pekerja perempuan rentan
terhadap pelecehan seksual. Sebelum Agustus 2024, kami juga mendapatkan informasi tentang
pekerja perempuan hamil yang harus bekerja pada shift malam. Isu-isu lain yang berkontribusi
terhadap standar K3 yang buruk juga dibahas, termasuk fasilitas toilet yang tidak memadai dan
kualitas makanan yang buruk.
Laporan ini memperlihatkan bahwa IMIP dan perusahaan-perusahaan di dalamnya lebih
memprioritaskan produksi nikel daripada kehidupan para pekerja. Para pekerja sering disalahkan atas
kecelakaan kerja yang terjadi berulang-ulang. Laporan ini juga ingin menunjukan bahwa buruknya
standar K3 di IMIP bukan semata-mata masalah teknis yang dapat diselesaikan melalui peningkatan
tata kelola perusahaan dan standar K3 IMIP, atau dengan sekedar persoalan menambah sertifikasi K3.
Sebaliknya, kondisi kerja dan standar K3 yang buruk adalah masalah politik. Pertama, manajemen
IMIP dan smelternya lebih memprioritaskan produksi nikel daripada kehidupan pekerja. Kedua,
pemerintah pusat, yang memiliki kepentingan untuk memastikan keberhasilan investasi di
proyek-proyek strategis nasional, termasuk sektor nikel, sengaja melemahkan penegakan hukum
dengan membatasi peran pengawas ketenagakerjaan baik di tingkat daerah maupun nasional.
Selengkapanya unduh Buruh Menunggu Mati di Morowali